kekuasaan pengaruhi perilaku

Posted on 19.15 by M. Novebri Aditya

Jika seorang pemimpin yang mempengaruhi perilaku bawahannya, seorang presiden mempengaruhi seluruh bangsanya dan seorang raja mempengaruhi rakyatnya, maka tidak asing lagi bagi kita mendengar bahwa kekuasaan itu memang mengendalikan dan mempengaruhi tindak perilaku.

Seperti pengalaman saya pada saat mengendarai sepeda motor, waktu itu saya masih duduk di bangku SMA. Kejadiannya saat bersama teman mengantarnya pergi ketempat toko elektronik untuk membeli perlengkapan alat musik disalah satu tempat yang terkenal di Jakarta. Memang sih waktu itu umur saya baru saja 17 tahun dan belum mempunyai SIM (surat izin mengemudi), ketika ditengah perjalanan, tiba-tiba polisi memberhentikan kami di pinggir jalan, polisi menanyakan perlengkapan mengendarai sepeda motor padahal kami sudah memakai helm lengkap yang biasa dipakai oleh pengendara lain, dan juga menanyakan SIM yang pada saat itu saya belum punya. Akhirnya STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) ditahan dan mendapat surat tilang, kami bingung harus bagaimana, dan akhirnya memutuskan untuk menghentikan perjalanan dan kembali pulang, padahal kami sudah menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ketempat yang kami tuju. Seminggu setelah kejadian tersebut, saya pergi ketempat pembuatan SIM untuk mengikuti berbagai macam test dan praktek mengendarai sepeda motor yang sebelumnya saya tidak ada niat untuk membuat SIM, karena kejadian tersebut yang membuat saya harus seperti itu.

Pengalaman yang saya dapatkan itu adalah contoh dari kekuasaan yang mempengaruhi perilaku, dimana seorang Polisi mempunyai wewenang untuk mengatur lalulintas dan merazia para pengendara sepeda motor dan mobil yang berlintas dijalan raya.

Wewenang adalah kekuasaan yang resmi yang sudah dilegitimasi.